MAKALAH
SOSIOLOGI
PENDIDIKAN
‘KELUARGA DAN SOSIALISASI’
Oleh :
AMI SISILIA SARI
54411
Dosen
pembimbing :
Serli Marlina,Spd
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Pembahasan
mengenai keluarga dan sosialisasi yang mana juga membahas tentang peranan
keluarga di dalam lingkungan sosial dan dilakukan dengan mempergunakan
sosiologi sebagai sarana pendekatan. Artinya untuk menjelaskan masalah itu akan
dipergunakan konsep-konsep dasar yang lazim dipergunakan dalam sosiologi.
Pendekatan
secara sosiologi bertitik tolak pada pandangan bahwa manusia pribadi senantiasa
mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan sesamanya. Oleh karena itu
pendekatan sosiologi bertitik tolak pada proses interaksi sosial yang merupakan
hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara pribadi-pribadi, kelompok-kelompok
maupun pribadi dengan kelompok.
Dalam
masyarakat luas terdapat berbagai lembaga-lembaga (pranata-pranata) seperti
lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga agama, dan
lembaga lainnya. Dwi dan Bagong (2004:227), keluarga adalah lembaga sosial
dasar darimana semua lembaga atau pranata sosialnya berkembang. Di masyarakat
manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan
menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Keluarga dapat
digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya saling
mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para anggotanya.
Pranata
keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan
beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk
beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada.
Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia
tinggal, maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang,
aman dan tenteram.
Dengan
demikian, keluarga pun berfungsi sebagai pusat sosialisasi pertama dalam
kehidupan setiap individu sebelum memasuki dunia masyarakat yang lebih luas.
Tentunya proses sosialisasi dalam keluarga adalah sesuatu yang sifatnya sangat
penting dalam mendukung proses-proses sosial yang akan terjadi pada individu
(anggota keluarga) tersebut. Untuk melihat bagaimana proses sosialisasi yang
terjadi dalam keluarga, maka akan dibahas pada bab berikutnya.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, disini kami merumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Apakah pengertian keluarga?
2. apakah Fungsi keluarga?
3. Bagaimana bentuk sosialisasi dalam keluarga?
4. bagaimana peranan keluarga dalam proses sosialisasi?
1. Apakah pengertian keluarga?
2. apakah Fungsi keluarga?
3. Bagaimana bentuk sosialisasi dalam keluarga?
4. bagaimana peranan keluarga dalam proses sosialisasi?
C.
Batasan
masalah
1.
Pengertian keluarga
2.
Fungsi keluarga
3.
Bentik sosialisasi dalam keluarga
4.
Peranan keluarga dalam proses
sosialisasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
‘KELUARGA DAN SOSIALISASI’
A.
PENGERTIAN
KELUARGA
Di
dalam pasal 1 UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seoarang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahadia dan sejahtera,
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah
anak yang sah dan menjadi hak serta tanggung jawab kedua orang tuanya.
Memelihara dan mendidiknya, dengan sebaik-baiknya. Kewajiban kedua orang tua
mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri
sendiri. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan intisari pengertian keluarga,
yaitu sebagai berikut,
1. Keluarga
merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak,
2. Hubungan sosial di antara anggota keluarga
relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah,
perkawinan dan / atau adopsi,
3. Hubungan
antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab
4. Fungsi
keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Dengan
demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi
seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga
tempat di mana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga
merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan
dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Di samping itu, keluarga merupakan
tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai
perwujudan nilai hidup yang tertinggi. Dengan demikian jelaslah bahwa orang
yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
pendidikan anak adalah orang tua.
Jadi Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang mana
keluarga merupakan wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan
merupakan kelompok social yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya, dan
keluarga lah yang pertama-tama menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi
kehidupan anak-anak
Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan
lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di
dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak
adalah dalam keluarga.
Tugas
utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian
besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
B. FUNGSI DAN PEMBAGIAN KELUARGA
Keluarga
merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional. Fugnsi
pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi dilakukan
oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya. Oleh karena proses industrialisasi,
urbanisasi dan sekularisasi maka keluarga dalam masyarakat modern kehilangan
sebagian dari fungsi-fungsi tersebut di atas Meskipun perubahan masyarakat
telah mendominasi, namun fungsi utama keluarga tetap melekat, yaitu melindungi,
memelihara, sosialisasi, dan memberikan suasana kemesraan bagi anggotanya.
Menurut
Vembriarto (1990) ada tiga macam fungsi yang tetap melekat sebagai ciri hakiki keluarga,
yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi
biologis
Keluarga
merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah melahirkan
anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi
ini juga mengalami perubahan, keluarga sekarang cenderung menyukai jumlah anak
yang sedikit.
Kecenderungan
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, :
1.
perubahan tempat tinggal keluarga dari
desa ke kota
2.
makin sulitnya fasilitas perumahan
3.
banyaknya anak dipandang sebagai
hambatan untuk mencapai sukses material keluarga
4.
banyak anak dipandang sebagai
penghambat tercapai kemesraan dalam Keluarga
5.
meningkatnya taraf pendidikan wanita
berakibat berkurangnya kesuburan kandungan
6.
menipisnya pengaruh ajaran agama yang
menekankan agar keluarga mempunyai banyak anak
7.
makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja
di luar rumah
8.
makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan
alat-alat kontrasepsi.
b. Fungsi
afeksi
Dalam
keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan afeksi-afeksi kemesraan.
Hubungan afektif ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi
dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan,
persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pendangan mengenai
nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afektif ini merupakan faktor
penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin impersonal,
sekuler dan asing, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi yang secara
khusus hanya terdapat dalam kehidupan keluarga.
c. Fungsi
sosialisasi
Fungsi
sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalammembentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah
laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam proses
perkembangan pribadinya. Apabila kita perhatikan kecenderungan yang membawa proses
perkembangan zaman dari waktu ke waktu maka perlu ada adaptasi lembaga-lembaga
kehidupan (termasuk keluarga) agar tetap mampu mempertahankan peranan dan
fungsi, khususnya di zaman yang kian modern, sekularistis dan materialistis
ini. Perubahan sosial yang datang bertubi-tubi rupanya telah membawa pengaruh
perubahan orientasi kehidupan keluarga dari keluarga tradisional mengarah pada
keluarga modern. Keluarga tradisional pada umumnya masih merupakan kesatuan
produksi,sedangkan keluarga modern cenderung berorientasi pada kesatuan
konsumsi. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industri telah mengubah
sifat keluarga, dari institusi pedesaan yang agraris menuju ke institusi
perkotaan yang bernuansa industrialis.
Dengan demikian peranan anggota-anggota
keluarga juga mengalami perubahan. Fungsi produksi hilang, keluarga menjadi kesatuan
konsumsi semata-mata. Keluarga di kota tidak lagi melakukan fungsi produksi
langsung. Anggota-anggota keluarga bekerja di luar untuk mendapatkan upah atau
gaji, sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhankebutuhan hidupnya (makanan,
pakaian, dan lain-lain). Pergeseran fungsi produksi keluarga itu tampak pada
tumbuh kembangnya industri pakaian jadi, alat-alat rumah tangga, makanan, toko
makanan, restoran, supermarket, dan sebagainya.
Oleh
karena itu di sini juga akan dipaparkan fungsi-fungsi keluarga yang mengalami
pergeseran sebagai akibat pengaruh dari gencarnya perubahan sosial yang
melingkupi aktivitas-aktivitasnya.
- Fungsi Keagamaan
Fungsi
ini untuk membangun insan yang agamis yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa . Fungsi ini dimungkinkan untuk dijalankan oleh setiap keluarga karena pada
kenyataannya di samping agama sudah menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia
juga adalah sebagai landasan idiil Negara kita pada sila pertama. Contoh :
Iman, taqwa, kejujuran, tenggang rasa, rajin, kesholehan , ketaatan, suka
membantu, disiplin, sopan santun, kesabaran, kasih sayang, tanggung jawab
terhadap anak.
2. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi
ini merupakan fungsi pelestarian budaya bangsa melalui keluarga dimana dari
fungsi ini mencerminkan tingkah laku suatu bangsa. Contoh : gotong royong,
sopan santun, kerukunan, kepedulian, kebersamaan, toleransi, kebangsaan, dan
sebagainya.
3. Fungsi Cinta Kasih
Fungsi
ini merupakan suatu perwujudan bahwa pada hakekatnya manusia haruslah mencintai
dan mengasihi sesame anggota keluarga dan kemudian untuk mengasihi masyarakat
dimana mereka berada. Contoh : empati, akrab, adil, pemaaf,, setia,
pengorbanan, suka menolong, tanggung jawab.
4. Fungsi Perlindungan
Fungsi
ini harus diciptakan rasa aman dan nyaman dalam lingkungan keluarga. Contoh :
aman, pemaaf, tanggap, tabah.
5. Fungsi Reproduksi
Fungsi
ini adalah suatu fungsi yang hakiki karena manusia harus dapat melanjutkan
keturunannya dan yang diharapkan adalah keturunan yang berkualitas.
6. Fungsi Sosialisai dan Pendidikan
Fungsi
yang dipersiapkan sebagai generasi yang lebih baik dengan diperkenalkan Bina
Keluarga Balita.
7. Fungsi Ekonomi
Upaya
yang dilakukan dalam memberikan suatu kegiatan yang bersifat ekonomis yang
sangat produktif untuk, meningkatkan kesejahtera an keluarga dan sebagai wahana pendidikan
pada keluarga . Contoh : hemat, teliti, disiplin, peduli, ulet,
8. Fungsi Pelestarian Lingkungan
Upaya
untuk melestarikan lingkungan hidup yang sejuk dan penuh keindahan yang tidak
terlepas dari keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk.
Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat da ri bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
Berdasarkan lokasi
1.
Adat utrolokal, yaitu adat
yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat
tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar
kediamanan kaum kerabat istri;
- Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
- Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
- Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
- Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
- Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
- Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni
otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya
ayah)
- Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
- Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
C. SOSIALISASI DALAM KELUARGA
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua
macam pola sosialisasi, yaitu pertama, cara represif (repressive
socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang tua, Sosialisasi
represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman
terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada
penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan
orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan
berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan
orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
Kedua,
cara partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya
partisipasi dari anak. Sosialisasi partisipatoris (participatory
socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku
baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi
ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat
sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized
other.
1. Sosialisasi represif (repressive
socialization) antara lain:
a. Menghukum
perilaku yang keliru,
b. Hukuman dan
imbalan material
c. Kepatuhan
anak.
2. Sosialisasi partisipasi (participatory
socialization) antara lain:
a. Otonomi anak
b. Komunikasi
sebagai interaksi
c. Komunikasi
verbal.
Keseluruhan
sistem belajar mengajar berbagai bentuk sosialisasi dalam keluarga bisa disebut
sistem pendidikan keluarga. Sistem pendidikan keluarga dilaksanakan melalui
pola asuh yaitu suatu pola untuk menjaga,merawat, dan membesarkan anak. Pola
ini tentu saja tidak dimaksudkan pola mengasuh anak yang dilakukan oleh perawat
atau baby sitter, seperti yang sering dilakukan oleh kalangan keluarga
elit/kaya di kota-kota besar.
Pola mengasuh anak di dalam keluarga sangat
dipengaruhi oleh sistem nilai, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada
masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Jadi, kepribadian dan pola perilaku
yang terdapat pada berbagai masyarakat suku bangsa sangat beragam coraknya.
Dalam
hal ini beberapa aspek tujuan sosialisasi yang dilaksanakan oleh keluarga untuk
masyarakat modern seperti mengajarkan bermacam-macam keterampilan, telah
diambil alih oleh lembaga sekolah atau institusi sosial yang lain.
Pada
umumnya, keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak di mana masing-masing anggota
keluarga tersebut saling mempengaruhi,saling membutuhkan, semua mengembangkan
hubungan intensif antar anggota keluarga. Anak membutuhkan pakaian, makanan dan
bimbingan dari orang tua dan orang tua membutuhkan rasa kebahagiaan dengan
kelahiran anak. Ketika anak tumbuh dewasa maka dibutuhkan tenaga dan pikirannya
untuk membantu orang tua, lebih-lebih bila orang tua makin tidak berdaya karena
usia yang sudah lanjut.
Orang
tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi anak-anaknya selama anak belum
dewasa dan mampu berdiri sendiri. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, maka
orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengimitasi kepada
orang yang lebih tua atau orang tuanya. Dengan lingkungan pergaulan antara
orang tua terhadap anak dan anak itu sendiri dengan anggota keluarga yang lain
maka sang anak telah dihadapkan pada suatu kehidupan interaktif yang telah
membekalinya kemampuan-kemampuan dasar untuk bertahan hidup baik dari segi
fisik maupun nonfisiknya.
Sosiologi
keluarga tidak berkhayal akan dapat menerangkan secara memuaskan hubungan
bio;logis atau kejiwaan antar anggota keluarga. Setiap pendekatan mempunyai
kebenarannya sendiri. Pendekatan sosiologis memusatkan diri terhadap keluarga
sebagai suatu lembaga social, kualitas interaksi keluarga yang aneh dan khusus
secara social. System kekeluargaan mengacu pada sifat-sifat kekuasaan dan
kewibawaan, yang sama sekali bukan merupakan kategori biologis. Nilai-nilai
yang berhubungan dengan keluarga, atau hak dan kewajiban setiap anggota
keluarga, seperti ayah dan anak perempuan, bukanlah kategori psikologis, tetapi
kesemuanya itu merupakan cirri khas sosiologi sebagai sebuah cabang ilmu,
D. PERANAN KELUARGA DALAM PROSES
SOSIALISASI
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keluarga
merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi
individu atau seseorang. Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan
keluarga dalam proses sosialisasi anak, ialah:
a. Keluarga
merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi face to face secara
tetap. Dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan
seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial
lebih mudah terjadi.
b. Orang tua
mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena merupakan buah cinta
kasih hubungan suami isteri. Anak merupakan perluasan biologis dan sosial orang
tuanya. Motivasi kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan
anak. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berarti
dan efektif daripada hubungan intelektual dalam proses sosialisasi.
c. Oleh karena
hubungan sosial di dalam keluarga itu bersifat relatif tetap, maka orang tua
memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
Dalam keluarga, orang tua mencurahkan
perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola
pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin sehingga membentuk
kepribadian yang baik bagi si anak. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan
untuk:
1. Selalu dekat
dengan anak-anaknya,
2. Memberi
pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa
tertekan,
3. Mendorong agar
anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak
pantas dan sebagainya,
4. Ibu dan ayah
dapat membawakan peran sebagai orang tua yang baik serta menghindarkan
perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya, dan
5. Menasihati
anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkan mereka
ke jalan yang benar.
Apabila terjadi
suatu kondisi yang berlainan dengan hal di atas, maka anak-anak akan mengalami
kekecewaan. kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Orang tua
kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingan-
kepentingannya, sehingga anak merasa diabaikan, hubungan anak dengan orang tua menjadi jauh, padahal anak sangat memerlukan kasih sayang mereka, dan
kepentingannya, sehingga anak merasa diabaikan, hubungan anak dengan orang tua menjadi jauh, padahal anak sangat memerlukan kasih sayang mereka, dan
2. Orang tua
terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak sehingga sang anak
menjadi tertekan jiwanya.
Sosialisasi dari orangtua sangatlah penting
bagi anak, karena anak masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk
membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan. J. Clausen
mendiskripsikan tentang upaya yang dilakukan orangtua dalam rangka sosialisasi
dan perkembangan sosial yang dicapai anak, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Sosialisasi dan Perkembangan
Anak
Kegiatan
Orangtua
|
Pencapaian Perkembangan
Perilaku Anak
|
1. Memberikan makanan dan memelihara
kesehatan fisik anak
2. Melatih dan menyalurkan kebutuhan
fisiologis: toilet training (melatih membuang air besar/kecil),
menyapih dan memberikan makanan padat.
3. Mengajar dan melatih keterampilan
berbahasa, persepsi, fisik, merawat diri dan keamanan diri.
4.Mengenalkan lingkungan kepada anak:
keluarga, sanak keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar.
5. Mengajarkan tentang budaya, nilai-nilai
(agama) dan mendorong anak untuk menerimanya sebagai bagian dirinya.
6. Mengembangkan keterampilan interpersonal,
motif, perasaan, dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain.
7. Membimbing, mengoreksi, dan membantu anak
untuk merumuskan tujuan dan merencanakan aktivitasnya.
|
1. Mengembangkan sikap percaya terhadap
orang lain (development of trust).
2. Membantu mengendalikan dorongan biologis
dan belajar untuk menyalurkannya pada tempat yang diterima masyarakat.
3. Belajar mengenal objek-objek, belajar
berbahasa, berjalan, mengatasi hambatan, berpakaian, dan makan.
4. Mengembangkan pemahaman tentang tingkah
laku sosial, belajar menyesuaikan perilaku dengan tuntutan lingkungan.
5.Mengembangkan pemahaman tentang bauk-buruk,
merumuskan tujuan dan kriteria pilihan dan berperilaku yang baik.
6.Belajar memahami perspektif (pandangan)
orang lain dan merespons harapan/ pendapat mereka secara selektif.
7.Memiliki pemahaman untuk mengatur diri dan
memahami kriteria untuk menilai penampilan/ perilaku sendiri.
|
Cara-cara dan sikap-sikap dalam
keluarga juga memegang peranan penting dalam perkembangan sosial anak. Jika
orangtua selalu bersikap otoriter, maka anak akan berkembang menjadi manusia
pasif, tak berinisiatif, dan kurang percaya diri. Sedangkan jika orangtua dalam
keluarga bertindak demokratis, maka anak berkembang menjadi tidak takut, penuh
dengan inisiatif, memiliki rasa tanggung jawab, dan percaya diri.
Hariyadi, dkk
(2003) menyatakan bahwa pola asuh demokratis dengan suasana yang diliputi
keterbukaan lebih memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses
penyesuaian diri secara efektif dibandingkan dengan pola asuh otoriter maupun
pola asuh yang penuh kebebasan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap
dan kebiasaan-kebiasaan orangtua dalam keluarga menjadi sikap dan kebiasaan
yang dimiliki anak.
Peranan
keluarga bukan saja berupa peranan-peranan yang bersifat intern antara orang
tua dan anak, serta antara yang anak satu dengan anak ang lain. Keluarga juga
merupakan medium untuk menghutahap siap bertindak ( game stage )tahap siap bungkan
kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat, dengan kelompok-kelompok
sepermainan, lembaga-lembaga sosial seperti lembaga agama, sekolah dan
masyarakat yang lebih luas.
Disamping
keluarga memiliki fungsi politik, keluarga juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu
fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses-proses memproduksi dan
mengkonsumsi tentang barang-barang dan jasa. Didalam siklus hubungan intim
didalam keluarga, anak-anak belajar mengenal sikap-sikap dan
ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk memainkan peranan dalam kegiatan
produksi, konsumsi, barang, dan jasa. Setiap keluarga mengadopsi pembagian
tugas merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluarga. Didalam
keluarga juga ditemukan tentang nilai-nilai kerja, penghargaan tentang kerja
dan hubungan antara kerja dan imbalan-imbalan yang dianggap layak.
E.
REALITA
ATAU MASALAH YANG DI HADAPI DALAM KELUARGA DAN SOSIALISASI
Pada
pembahasan makalah ini sangat jelas betapa keluarga berperan sangat penting
dalam proses sosialisasi, namun pada realitanya di zaman modern sekarang inI,
proses sosialisasi dalam keluarga yang di harap kan dapat melahirkan pribadi
yang baik, tidak semua keluarga bisa memenuhinya,tidak sedikit anak-anak yang
berbuat hal-hal negatif akibat kurang perhatian dari keluarga nya terutama
orang tua nya yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, yang menyebab kan
waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak menjadi sangat minim, hal ini sering
terjadi pada keluarga kalangan atas yang biasa nya ibu nya seorang wanita
karier yang lebih banyak menghabis kan waktu di luar dan tak sedikit anak-anak
nya yang sejak kecil lebih banyak berinteraksi dengan pembantu/babysister, dan
dewasanya lebih banyak bergaul dengan teman-temannya di luar, orang tua hanya
menyogok anak-anak nya dengan uang. Alhasil antara anak dan orang tua tidak
dekat, yang semesti nya orang tua harus tau apa yang di lakukan anak-anak nya
sehari-hari serta membantu mencari jalan keluar apabila si anak dalam masalah,
dan memberi ganjaran apabila anak berbuat salah agar tidak mengulang kembali.
Di
sisi lain juga banyak terjadi di lingkungan sekitar kita, orang tua mendidik
anak dengan menggunakan kekerasan, tidak dengan kasih sayang dan kelembutan,
bahkan kekerasan dalam rumah tangga yang di lakukan seorang suami kepada isteri
nya di hadapan anak-anak nya, hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku anak
itu sendiri ketika berinteraksi dengan lingkungan luar, Si anak cenderung
berlaku kasar.
Namun
ada juga keluarga yang berhasil sebagai media utama dalam proses sosialisasi,
antar anggota keluarga hubungan nya dekat dan saling mengasihi satu sama lain,
serta memeran kan peranan nya dengan baik dalam proses sosialisasi tersebut
sehingga melahirkan pribadi yang baik, disiplin, bermoral, dan pandai bergaul.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Keluarga
merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Begitu seorang bayi
dilahirkan, ia sudah berhubungan dengan kedua orang tuanya, kakak-kakaknya, dan
mungkin dengan saudara dekat lainnya. Sebagai anggota keluarga yang baru
dilahirkan, ia sangat tergantung pada perlindungan dan bantuan anggota-anggota
keluarganya. Proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar
menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang-orang
dekat sekitar lingkungan keluarganya, seperti belajar makan, berbicara,
berjalan, hingga belajar bertindak dan berperilaku.
Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat
yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang
harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Dalam keluarga, orang tua mencurahkan
perhatian untuk mendidik anaknya agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola
pergaulan hidup yang benar melalui penanaman disiplin sehingga membentuk
kepribadian yang baik bagi si anak. jadi itu lah sebab nya keluarga memegang
peranan yang sangat penting dalam proses sosialisasi
B.
SARAN
Penulis hatur kan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan pengajaran tentang ilmu sosiologi termasuk keluarga dan
sosialisasi, dan juga buat rekan-rekan yang telah membantu dalam enulisan
makalah ini, namun penu;lis yakin dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini di masa yang akan datang dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan,
hatman. 1995. Sosiologi makro. Jakarta
: Raja grafindo persada
Simamora,
Sahat. 2000. Sosiologi sebagai suatu
pengantar. Jakarta: Bina aksara
Goode,
William. 1995. Sosiologi keluarga. Jakarta
: Bumi aksara
Dwi Narwoko, J. & Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Ahmadi
abu. 1991. Sosiologi pendidikan.jakarta: Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar