MAKALAH
METODE
PENGEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL AUD
Oleh :
AMI SISILIA SARI
54411
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK
1. Karakteristik emosi dan ekspresi emosi
anak
Karakteristik perkembangan emosi pada masa
awal anak adalah fase dimana saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa
ledakan-ledakan emosional sehingga sulit untuk diarahkan. Menurut Hurlock
perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 th – 3,5 thn dan 5,5 thn –
6,5 thn.
Ciri utama reaksi
emosi pada anak :
1.
Reaksi emosi
anak sangat kuat. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin
bertambahnya matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih
kadar keterlibatan emosionalnya.
2.
Reaksi
emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Emosi bersifat sementara,Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari
tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke
rasa saying
3.
Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak
mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi
mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku
dan mengisap jempol.
4.
Emosi seringkali tampak
Anak-anak
seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa
ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukman, sehingga mereka belajar
untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian
mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara
yang lebih dapat diterima.
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal,
gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat
spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh
inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak.
Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain :
·
Ekspresi
wajah
·
Napas
·
Ruang
gerak,
·
gerakan
tangan dan lengan
Keadaan anak
dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan, missal kan:
a.
Cemas : murung, diam, keringat dingin, lari menjauh
b.
Senang :
Senyum-senyum, mengeluarkan bunyi-bunyi, bergumam,menyanyi, membelai, mengelus,
memeluk, mencium
c.
Takut : Mengkeret, wajahnya mengerut, berteriak-teriak
d.
Marah : Gregetan seperti mau melawan, berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri,
menangis.
e.
Kesal : Menggigit, menjambak, membanting barang ke lantai,mengangkat barang
dengan satu tangan
f.
Sedih : Murung, tidak mau makan, melempar-lempar piring.
g.
Kecewa : Murung,
wajah melas,
2. Tugas perkembangan emosi pada anak
Emosi memiliki peranan yang sangat penting
dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap
perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak.
Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu :
·
Dicintai
·
Dihargai
·
Merasa
aman
·
Merasa
kompeten,
·
Mengoptimalkan
kompetensi
Apabila
kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam
mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.
Tugas perkembangan sosial emosional anak
berusia 3-5 tahun adalah sebagai berikut:
1.
Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
Memilih
teman bermain
Memulai
interaksi sosial dengan anak lain
Berbagi
mainan, bahan ajar atau makanan
2.
Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
Menunggu atau
menunda keinginan selama 5 menit
Menikmati
kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
3.
Anak usia 4 tahun diharapkan dapat:
Menunjukkan kebanggan
terhadap keberhasilan
Membuat sesuatu
karena imajinasi yang dominan
4.
Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
Menunjukkan rasa
percaya diri
Menceritakan
kejadian yang baru berlalu
Lebih disukai
ditemani teman sebaya dibanding orang dewasa
Menggunakan
barang milik orang dengan hati-hati
5.
Anak usia 5 tahun diharapkan dapat:
Memiliki beberapa
kawan, mungkin satu sahabat
Memuji, memberi
semangat, atau menolong anak lain
6.
Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
Mencari
kemandirian lebih banyak
Sering kali puas,
menikmati berhubungan dengan anak lain meski pada saat krisis muncul
Berteman secara
mandiri.
Anak yang berusia tujuh
dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang mereka
lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka
menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal
secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang
lebih memperkenalkan diri kepada orang lain dan juga merasa bersalah ketika
mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba
untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk
melakukannya.
Pada
usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni,
Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun anak-anak
memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan,
kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki
kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain (Friend and Davis, 1993). Pada
tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup :
3.
Gangguan emosional pada anak
Gangguan Emosional mengacu pada suatu kondisi
di mana tanggapan perilaku atau emotional seorang individu sangat berbeda dari
norma-norma yang umumnya diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya yang
mempengaruhi secara berbeda kinerja pendidikan di wilayah seperti
perawatan-diri. hubungan sosial, penyesuaian pribadi, kemajuan akademis,
perilaku di ruang kelas atau penyesuaian terhadap pekerjaan
Terdapat beberapa
gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab
ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada suasana yang
gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah; takut
berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang
berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya,
misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa,
baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Kebrutalan atau kebringasan anak
nampak pada perilakunya, mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali
memerlukan bantuan orang lain. Misalnya berkelahi, membohong, mencuri, merusak
hak milik dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut
merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu. Sekalinun
demikian pada umumnya anak-anak berusaha merubahnya dan menutupi periiaku
mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercayai oleh orang lain,
menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hjkuman karena perbuatannya.
Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7. tahun sekalipun
mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman
perasaannya.
Perkembangan Anak
merupakan sesuatu hal yang merupakan sesuatu yang selayaknya menjadi perhatian
khusus bagi para orang tua karena tahap perkembangan pada masa kanak-kanak
merupakan perkembangan emas bagi anak, sehingga ketika kita selaku orang tua
kurang memberikan perhatian maka tentu akan mengganggu perkembangan anak itu
sendiri, untuk mengtasi hal tersebut tentu kita harus mengenal
gangguan-gangguan yang terjadi pada anak khususnya gangguan emosional sebagai
berikut :
-
Prilaku
agresif
Sangat perusak, suka mencari perhatian
yang berlebihan dan juga pemarah
-
Prilaku
antisocial
Penolakan terhadap nilai-nilai umum
dan social, tetapi menerima nilai-nilai aturan teman sesama kelompok
-
Kecemasan/menarik
diri
Kesadaran diri yang berlebihan,
menyamaratakan perasaan, ketakutan, kecemasan yang tinggi, defresi yang dalam,
sangat sensitive dan mudah sekali malu
-
Gangguan
pemusatan perhatian
Sikap yang sering bingung, kosentrasi
jelek dan implusif
-
Gangguan
gerak
Gelisah, ketidak mampuan untuk tenang,
tingkat tekanan tinggi dan sangat banyak bicara
-
Prilaku
psikotik
Mengungkapkan ide-ide yang aneh,
bicara berulang-ulang , memperlihat kan sifat aneh
-
Ketakutan
Pola asuh dan lingkungan merupakan
factor paling berperan terhadap munculnya gangguan emosional pada anak, berikut
adalah beberapa sikap salah orangtua yang dapat memicu gangguan emosional pada
anak.
1)
Tidak Ekspresif
Dengan
maksud menjaga wibawa, banyak orangtua yang tidak ekspresif dalam menunjukkan
rasa kasih sayang. Meski fisik anak sudah besar, mereka tetap memerlukan
pelukan, pujian, dan ungkapan kasih sayang. Sebaliknya, banyak orangtua yang
begitu bersemangat saat memarahi anaknya yang berbuat salah. Dari hal ini, anak
hanya belajar tentang emosi negatif, marah-marah dan bentakan, tapi tidak
belajar mengeluarkan emosi positifnya.
2)
Kurang Perhatian
Banyak
orangtua yang sudah puas mencukupi anak dengan materi, tapi tidak dengan perhatian.
Mainan, boneka, sepeda, motor mini, komputer sudah cukup menyenangkan anak.
Tapi ada hal lain lagi yang lebih menyenangkan buat anak, yaitu kebersamaan
dengan orangtua. Memang, tak mudah meluangkan waktu demi anak, tapi di hari
libur atau di waktu senggang, orangtua dapat menyempatkan diri berkomunikasi
dengan anak. Atau, di sela-sela istirahat kantor, orangtua juga dapat memonitor
anaknya lewat telepon.
3)
Mempermalukan Anak
Orangtua
memarahi anak di depan orang lain seperti teman atau tamu. Dalam kondisi itu,
anak tidak dapat protes, membantah, dan hanya diam mendengar ocehan orangtua.
Namun, bak bara dalam sekam, sikap itu akan membuat emosi anak meledak-ledak,
dan tinggal menunggu waktu saja untuk dilampiaskan. Selain itu, orangtua juga
senang menyindir kekurangan anak, tanpa melihat perbuatan positif yang
dilakukannya. Juga senang mengecilkan semua hal yang dilakukan anak. Semua
perilaku kasar itu akan diadopsi saat anak tumbuh dewasa kelak.
4)
Memberi Hukuman Fisik
Hukuman
ini dipandang orangtua sangat efektif karena dapat menimbulkan efek jera. Juga
asumsi salah lain, perilaku agresif anak dapat dijinakkan dengan hukuman badan.
Padahal, semua itu akan meningkatkan agresivitas anak, bahkan dia bisa belajar
tentang perilaku kasar itu saat remaja.
5)
Miskin Penanaman Nilai-nilai
Orangtua
dengan entengnya memasukkan anak ke sekolah agama, belajar mengaji, sekolah
minggu, dan lain-lain dengan harapan lembaga-lembaga itu dapat mencetak anak
berakhlak mulia. Meski membantu anak memiliki wawasan tentang pentingnya
perbuatan baik dan nilai moral, namun aplikasi nilai-nilai itu di rumah jauh
lebih penting.
Usaha-usaha
yang dapat di lakukan jika anak mengalami gangguan emosional yaitu dengan
melakukan terapi,yang merupakan penetapan sistematik
dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau perilaku yang
dianggap menyimpang, dengan tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud
dapat berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau memodifikasi suatu
Kondisi atau perilaku tertentu. Misalnya anak yang menderita fobLi dilatih agar
mengurangi rasa takutnya hingga mencapai kadar yang wajar
a.
Terapi bermain
Terapi ini berusaha mengubah perilaku anak yang bermasalah, dengan
menempatkan anak dalam situasi bermain. Untuk pelaksanaannya biasanya disediakan
ruangan khusus yang telah diatur sedemikian rupa sehinggi anak bisa bersantai,
dan dapat mengekspresikan segala perasaan dengan bebas. Dengan metode ini dapat
diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang anak, selanjutnya
diusahakan suatu metode yang tepat bagnimaria mengatasi atau memecahkan masalah
tersebut.
b. Terapi keluarga
Terapi ini berusaha mengubah perilaku anak yang memiliki
permasalahan dalam lingkungan keluarga saling akrab satu sama lain Dalam ha!
ini usaha pembinaan dan bimbingan dari keluarga yang lebih tua sangat
dibutuhkan.
c. Terapi perilaku atau modifikasi perilaku
teori belajar untuk mengubah perilaku anak Yaitu dengan menghilangkan
perilaku yang tidak disenangi seperti pemarah, atau mengembangkan keinginan,
misalnya mengerjakan pekerjaan rumah (PR). tujuan nya adalah mengubah perilaku
anak. yang mempergunakan peran yang dikondisikan untuk mendorong agar anak
melakukan sesuatu, misalnya menaruh pakaian kotor ke dalam ember. Demikian anak
melakukannya berkali-kali apabila hasilnya bak dia mendapat rework (hadiah),
misalnya dengan memberikan pujian atau hadiah berupa mainan.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan;Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Sunarto & Agung, Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar